Rahasia Sukses UMKM Go Online: Siapkan 4 Hal Ini!
Tahukah Anda? Persentase UMKM di Indonesia yang sudah go online baru sekitar 15% saja. Atau lebih tepatnya, hanya 9,4 juta dari 64 juta UMKM yang sudah eksis di dunia digital.
Melihat banyaknya jumlah UMKM yang belum go online, tentu hal ini sangat disayangkan. Karena, ada banyak peluang yang bisa diraih oleh UMKM melalui platform digital. Mulai dari potensi transaksi yang tinggi hingga kemudahan untuk menjangkau konsumen.
Peluang ini justru kian bertambah sejak adanya pandemi COVID-19. Tercatat jumlah transaksi online meningkat hingga sebesar 400%. Bahkan, tren positif transaksi online diprediksi akan terus meningkat setelah masa pandemi usai.
Walau demikian, tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan peluang ini. Alasannya bermacam-macam, mulai dari kurangnya kesiapan SDM hingga keterbatasan akses internet.
Oleh karena itu, kami mewawancarai Jacob Win, Ketua Pusat Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Kanjuruhan Malang (UNIKAMA) untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Menurut Jacob, ada beberapa faktor yang mungkin terlihat sederhana, tapi dapat mempengaruhi kesiapan UMKM dalam menyongsong transformasi digital. Penasaran? Mari kita bahas satu per satu!
1. Mindset Untuk Go Online
Ketika membahas tentang persiapan pemilik UMKM dalam menghadapi tantangan bisnis, aspek-aspek yang seringkali disebut adalah pendanaan, wawasan, atau infrastruktur. Namun belum banyak yang membahas tentang mindset.
Padahal, menurut Jacob, mindset merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh UMKM. Karena mindset dapat memotivasi pemilik UMKM untuk melakukan transformasi digital.
“Sorry to say, UMKM ini jargonnya emang ‘UMKM Naik Kelas’. Tapi, dari sekian banyak UMKM yang ada, itu hanya sedikit banget yang mindsetnya ikutan ter-upgrade”, ucap Jacob.
Kegusaran Jacob memang wajar. Karena saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175 juta jiwa. Dan peluang sebesar ini justru tak dimanfaatkan oleh sebagian besar UMKM.
“Mayoritas pemilik UMKM masih memiliki mindset konvensional. Dalam artian, mereka masih melakukan aktivitas bisnis hanya untuk makan hari ini. Sehingga mereka tidak berpikir jauh ke depan”, ujar Jacob.
Dampaknya, masih sedikit UMKM yang menganggap transformasi digital sebagai strategi bertahan untuk jangka panjang. Karena pencapaian bisnis hari ini dianggap sudah cukup.

Tidak hanya itu, mindset konvensional pun kerap mempengaruhi keputusan pemilik UMKM saat melakukan pengembangan bisnis.
“Mereka membangun bisnis dari apa yang mereka bisa, bukan berdasarkan pada market demand. Nah, mindset ini yang perlu diubah. Harusnya mereka mengarah pada market demand dulu. Sehingga tahu apa yang lagi trend di market dan sebagainya”
Jacob bercerita bahwa di antara bisnis-bisnis yang ia bimbing, sebagian di antaranya masih memiliki mindset konvensional. Sebagai contoh, ada bisnis sambal pecel yang menjalankan bisnis hanya dengan mengandalkan strategi “resep warisan keluarga”.
“Kemudian, ada juga pengusaha yang bikin produk keramik khusus untuk model vas bunga. Alasan dia bikin produk itu karena di lingkungan sekitarnya pada bikin keramik”, tambah Jacob.
Mengandalkan sumber daya yang dimiliki oleh bisnis memang tidak salah. Namun yang patut dikhawatirkan adalah ketika wawasan pasar menjadi terabaikan. Padahal, keduanya perlu dipadukan agar tujuan bisnis jangka pendek dan jangka panjang bisa tercapai.
Dengan memiliki mindset yang tepat, para pengusaha dapat mewujudkan potensi sumber daya yang mereka miliki melalui transformasi digital.
“Mindset dapat berpengaruh ke behavior dan strategi UMKM kedepannya. Karena mindset adalah awal dari segala-galanya”
2. Wawasan Pemasaran Online
Selain memiliki mindset yang tepat, pemilik UMKM harus mengasah wawasan mereka agar mampu mengelola bisnis online-nya dengan baik.
Menurut Jacob, ada tiga wawasan yang wajib dipahami oleh UMKM agar bisa sukses online. Yang pertama adalah marketing, yang kedua adalah product development, dan yang terakhir adalah strategi dan manajerial.
Dengan ketiga wawasan tersebut pemilik UMKM akan paham cara mengembangkan produk, cara memasarkannya, serta cara mengelola bisnisnya dalam jangka panjang.
Sayangnya, menurut Jacob, masih banyak pemilik UMKM yang belum tertarik untuk berinvestasi wawasan. Alasan umumnya adalah karena biaya.
Padahal wawasan pemasaran online tidak hanya bisa didapat melalui platform berbayar seperti Skill Academy atau Udemy. Ada juga platform gratis seperti Niagahoster Course untuk mendapat berbagai wawasan pemasaran online.

Tidak hanya itu, Jacob pun menyarankan para pemilik UMKM untuk mencari mentor. Sehingga mereka dapat dibimbing untuk mengembangkan bisnisnya.
“Kalo pemilik UMKM mau dapat knowledge, pertama kali mereka harus punya mentor. Karena tanpa adanya mentor, bukannya mereka ga bisa jadi gede ya, tetapi itu perlu waktu, dan mereka kan butuh eksperimen.”, ujarnya.
Sehingga, dengan bimbingan mentor dan wawasan digital marketing yang mumpuni, para pemilik UMKM bisa semakin siap dalam menjalankan transformasi digital.
3. Jaringan Bisnis yang Solid
Tentunya para pemilik UMKM tidak dapat bekerja sendiri. Mereka perlu membangun jaringan agar bisnis mereka bisa berjalan dengan baik. Inilah mengapa Jacob menginisiasi program business matching bagi usaha-usaha yang dikembangkan di Pusat Bisnis dan Kewirausahaan UNIKAMA.
“Kami menggandeng para venture capital (investor) maupun dunia industri. Supaya temen-temen startup kami ini bisa memiliki jaringan pemasaran yang luas maupun jaringan pendanaan”, ujarnya.
Luasnya jaringan bisnis bisa memperkaya wawasan industri serta memunculkan peluang untuk berkolaborasi. Hal ini juga penting untuk meningkatkan kesadaran digital bagi pemilik UMKM yang belum familiar dengan go online.
“Di Kota Malang, mayoritas pelaku UMKM itu adalah orang-orang yang usianya sudah di atas 40 tahun. Sehingga awareness mereka terhadap digital agak berkurang”, jelas Jacob.
Sulitnya pengusaha tua untuk beralih ke platform online memang bukan masalah baru. Biasanya penyebabnya karena kurang familiar dengan penggunaan berbagai platform online, mulai dari media sosial hingga website.
Menurut Jacob, masalah ini bisa diatasi dengan mendorong kolaborasi antara pengusaha senior dengan generasi millennial.

“Nah anak-anak millennial bisa didapat di mana? Bisa didapat melalui inkubator bisnis di kampus-kampus. Kemudian dari generasi millennial inilah biasanya strategi-strategi digital marketing muncul”, lanjut Jacob.
Dengan begitu, generasi baru bisa membantu mengembangkan bisnis senior melalui platform digital. Di sisi lain, mereka juga bisa mendapatkan pengalaman berharga dari para pebisnis senior.
4. Website yang Mumpuni
Terakhir, hal yang patut dipersiapkan oleh UMKM untuk bisa sukses go online adalah website. Karena website dapat diandalkan sebagai media pemasaran dan penjualan.
Hal ini diamini oleh Jacob. “Rata-rata calon konsumen masih mengunjungi website, termasuk yang menggunakan perangkat mobile”, ujarnya.
Namun, fungsi website tidak hanya sebatas untuk pemasaran dan penjualan saja. Masih ada manfaat lain yang ditawarkan oleh website. Mulai dari alat branding dan ekspansi pasar, hingga menjadi penunjang motivasi tim internal.
Komentar
Posting Komentar